Menggaungkan Suara Masa Kini

Mengenal Sejarah Kota Tepian Samarinda

Terbit Kamis, 23 Oktober 2025
Foto Jaman Dahulu Kota Samarinda

Resonansi.co.id — Di tepi Sungai Mahakam yang mengalir tenang, sejarah panjang Samarinda bermula. Kota yang kini menjadi pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur itu menyimpan kisah perjalanan peradaban yang berakar dari kehidupan masyarakat sungai dan perdagangan lintas pulau.

Asal-usul nama Samarinda diyakini berasal dari ungkapan “sama rendah”, yang mencerminkan filosofi hidup egaliter masyarakat setempat. Konon, istilah ini muncul ketika rombongan perantau Bugis dari Wajo, Sulawesi Selatan, menetap di tepi Mahakam pada abad ke-17. Mereka mendirikan perkampungan di seberang Kerajaan Kutai Kartanegara, tepatnya di wilayah yang kini dikenal sebagai Samarinda Seberang.

Seiring waktu, kawasan itu berkembang menjadi pelabuhan dagang yang ramai. Letaknya yang strategis di jalur Mahakam menjadikan Samarinda sebagai simpul penting bagi perdagangan hasil hutan, rotan, dan rempah-rempah dari pedalaman Kalimantan. Pada masa kolonial Belanda, Samarinda mulai dikenal sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan, terutama setelah statusnya ditetapkan sebagai ibu kota Karesidenan Timur pada awal abad ke-20.

Pasca kemerdekaan Indonesia, Samarinda terus berkembang pesat. Arus urbanisasi dan eksploitasi sumber daya alam, terutama batu bara dan kayu, mendorong pertumbuhan kota ini secara signifikan. Pada tahun 1960-an, Samarinda resmi menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, menggantikan Balikpapan.

Kini, Samarinda dikenal sebagai Kota Tepian — sebutan yang menggambarkan kedekatannya dengan Sungai Mahakam, nadi kehidupan yang sejak dahulu menjadi pusat aktivitas warganya. Jembatan Mahakam yang megah, pasar terapung, hingga kampung tua di Samarinda Seberang menjadi saksi bagaimana kota ini menyeimbangkan tradisi dan modernitas.

Pemerintah Kota Samarinda pun terus berupaya menjaga warisan sejarah tersebut. “Samarinda bukan hanya kota industri, tapi juga kota sejarah dan budaya sungai. Kita ingin identitas itu tetap hidup,” ujar Wali Kota Samarinda, Andi Harun.

Dari kampung kecil di tepian Mahakam hingga kota modern yang terus tumbuh, Samarinda menunjukkan bahwa sejarah bukan sekadar masa lalu, tetapi juga fondasi untuk melangkah ke masa depan. Di tengah arus modernisasi, denyut Sungai Mahakam tetap mengalir, membawa kisah lama yang tak pernah tenggelam. (*)

Penulis: Jefri
Editor: Redaksi

Bagikan:

BERITA TERKAIT