Resonansi.co.id — Suara sirene memecah kesunyian sore di Desa Sumber Sari, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Selasa (4/11/2025). Kepulan asap hitam terlihat menebal di langit kawasan SP1, tempat berdirinya SDN 024 Sebulu. Dalam hitungan menit, api melalap hampir seluruh bangunan sekolah dasar negeri itu.
Kepala Desa Sumber Sari, Tri Wahyudi, menjadi orang pertama yang melaporkan kejadian tersebut. Api disebut muncul sekitar pukul 17.09 Wita, saat seluruh siswa sudah pulang. Laporan itu segera ditindaklanjuti oleh tim Relawan Kebakaran Desa (Redkar) Sumber Sari bersama petugas Damkar Kecamatan Sebulu dan Segihan.
Namun perjuangan mereka tak mudah. Lokasi sekolah yang berada di dataran tinggi membuat sumber air sulit dijangkau. “Begitu kami menerima laporan, tim langsung bergerak. Tapi kendalanya memang di air. Lokasi tinggi, jauh dari sungai, dan sumur di sekitar juga tidak cukup,” ujar Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kutai Kartanegara, Fida Hurasani kepada Presisi.co.
Tiga unit mobil pemadam dikerahkan dari pos SP1, Desa Segihan, dan satu unit tambahan dari Pos Induk Damkar Matan Kukar. Tak hanya itu, bantuan juga datang dari PT Surya Hutani Jaya serta warga sekitar yang menyediakan dua tandon air darurat.
Namun upaya itu tak serta-merta mudah. Mobil tangki harus bolak-balik menempuh jarak jauh hanya untuk mengambil air. “Begitu air datang, api sudah merambat lagi ke ruang lain. Kami kerja nonstop, tapi air terus jadi kendala utama,” kata Fida.
Kondisi medan yang menanjak dan akses jalan sempit menambah kesulitan. Meski begitu, para petugas dan relawan tetap bertahan hingga malam, memastikan bara benar-benar padam. “Semangat teman-teman luar biasa. Mereka terus menyiram meski sudah kelelahan. Ini bukti bahwa solidaritas di lapangan masih kuat,” tambahnya.
Sekitar pukul 18.40 Wita, api akhirnya berhasil dipadamkan setelah lebih dari satu jam usaha tanpa henti. Hingga pukul 18.35 Wita, tim masih melakukan penyiraman di bagian bawah bangunan untuk memastikan tidak ada bara tersisa.
Dari hasil pemeriksaan awal Pos Damkar Sebulu, kebakaran diduga dipicu oleh korsleting listrik di ruang perpustakaan. Api kemudian menjalar cepat ke ruang-ruang kelas yang berdinding papan dan beratap seng.
“Informasi awal dari kepala sekolah, percikan api muncul dari perpustakaan. Karena sebagian besar dinding terbuat dari kayu, api cepat menyebar,” ungkap Fida.
Beruntung, tidak ada korban jiwa. Saat kejadian, kegiatan belajar-mengajar sudah selesai sejak siang hari.
Data sementara menyebutkan enam ruang kelas—yakni kelas 4B, 5A, 5B, dan 6—hangus terbakar. Sementara dua ruang guru, koperasi, dapur, dan perpustakaan mengalami kerusakan berat. Hanya tujuh ruang yang tersisa dalam kondisi utuh.
“Sebagian besar buku, perlengkapan belajar, dan arsip sekolah tidak sempat diselamatkan,” ujarnya.
Kepala Desa Tri Wahyudi mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kukar untuk menyiapkan ruang belajar sementara. “Kami tidak ingin anak-anak berhenti belajar. Langkah darurat sudah disiapkan agar proses belajar bisa tetap berjalan,” ujarnya.
Pasca-kejadian, Damkar Kukar akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap ketersediaan air di kawasan SP1. Fida Husaini menilai perlunya tandon air permanen agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi.
“Setiap wilayah tinggi seperti SP1 seharusnya punya penampungan air darurat. Kalau tidak, setiap kebakaran akan menghadapi masalah yang sama,” tegas Fida.
Ia juga mengingatkan pentingnya pengecekan instalasi listrik secara berkala di fasilitas umum, terutama sekolah-sekolah di pedesaan. “Kebakaran ini jadi pelajaran penting. Tidak hanya untuk kesiapsiagaan petugas, tapi juga soal keamanan listrik di sekolah,” tambahnya.
Kebakaran SDN 024 Sebulu menambah daftar panjang musibah kebakaran fasilitas publik di Kutai Kartanegara sepanjang tahun ini. Meski tanpa korban jiwa, insiden ini menyisakan luka dan pekerjaan rumah besar: memperkuat infrastruktur penanggulangan kebakaran di wilayah perbukitan yang selama ini kerap terpinggirkan oleh keterbatasan air dan akses. (*)






