Resonansi.co.id – Coba deh cek Instagram atau TikTok kamu. Pasti ada satu dua teman yang hidupnya kelihatan sempurna banget. Tiap minggu nongkrong di tempat hits, outfit selalu on point, vibe-nya asik, dan story-nya rame. Tapi kadang kita lupa, apa yang kita lihat di media sosial, belum tentu cerita utuh dari hidup mereka.
Fenomena ini makin sering kejadian. Banyak anak muda yang, sadar atau nggak, membangun persona—versi diri yang ‘dirancang’ khusus buat media sosial. Bukan berarti bohong, tapi kadang terlalu dibagusin sampai jauh dari kenyataan.
Kenapa Banyak yang Bangun Persona?
Tekanan buat tampil keren di media sosial tuh nyata, bro. Feed Instagram harus estetik, TikTok harus rame, dan story harus update. Kalau nggak, takut dibilang ketinggalan zaman atau ‘nggak asik.’
Apalagi algoritma sekarang makin ‘ganas’. Yang tampil kece dan viral bakal terus nongol di FYP. Jadi orang-orang makin termotivasi buat bikin konten yang catchy, meski nggak selalu nyambung sama kehidupan aslinya.
Ada juga yang ngerasa harus punya highlight biar diterima di circle-nya. Misalnya ikut skena coffee shop, gig musik indie, atau thrift shop cuma biar dianggap nyambung, padahal aslinya lebih suka rebahan di rumah.
Dampaknya Nggak Selalu Bagus
Masalahnya, makin banyak anak muda yang akhirnya capek sendiri. Tampil beda di media sosial bikin banyak yang insecure, ngebandingin diri terus, dan nggak jarang jadi overthinking.
Ada yang sampai ngalamin burnout gara-gara ngejar validasi dari likes dan viewers. Beberapa bahkan jadi ngerasa “gue siapa sih sebenernya?” karena hidupnya di medsos dan di dunia nyata udah kayak dua orang yang beda.
Gerakan Balik ke Otentik Mulai Muncul
Tapi jangan salah, sekarang makin banyak juga kok yang berani tampil apa adanya. Gerakan kayak BeReal, posting foto no filter, atau akun Finstagram (Instagram kedua yang lebih ‘berantakan’) jadi tempat buat jadi diri sendiri.
Beberapa anak muda juga mulai pilih digital detox atau bikin konten random yang nggak ngoyo harus aesthetic, cuma pengen have fun aja. Intinya, mereka mulai pengen hidup yang lebih lempeng, nggak selalu terjebak standar media sosial.
Jadi, Salah Nggak Sih Bangun Persona?
Sebenernya nggak ada yang salah kok. Bangun persona itu manusiawi, apalagi di era yang serba online. Yang penting, jangan sampai kita kehilangan diri sendiri atau ngerasa harus jadi orang lain terus-terusan buat dapet pengakuan.
Kadang, jadi diri sendiri jauh lebih keren daripada ngejar persona yang capek buat dijaga.
“Media sosial itu cuma sebagian kecil dari hidup kita. Nggak semua yang kita lihat di sana harus jadi patokan. Kadang, justru cerita yang nggak kamu posting, itu yang paling nyata dan paling berharga.”